Postingan

jangan menangis

Jangan menangis, ibuku Jangan menangis Saudaraku Jangan menangis adik adikku Jangan menangis alamku Kecuali deritamu menjadi permata istimewa  Yang diam-diam terus berkilau  Meski terus terhantam senapan ketidaksadaran Reranting patah, dedaunan gugur, sungaimu keruh, lautmu kotor ternodai menyesakkan dadamu. Begitulah aku sebagai ketidaksadaran dan kesombongan, Kadangkala aku konslet. Bahkan dengan teganya aku Menyiksa dan memperkosamu Tapi tenanglah Langit kesadaran ku telah pelangi  Warnanya membias di relung langit cinta jiwaku Takkan lagi aku merusak mu Awanku menangis gembira Tentang hijau wajahmu tanah subur mu Mengembara, kaki tapaki tanah Nafas nafas berhembus jelajah ranah, langkah menuju lembah hingga senja menutup mata Dalam puisi, deklarasi cinta padamu  Tanah sajadah ibadahku Jember 30 Maret 2022

bila

Gambar
Salerana_Mundzir sumber gambar dari internet Bila penyair adalah Sariat. Maka, sembuhlah luka luka dalam peluk kasih sayang dalam puisi. Bila agamaku adalah puisi, maka, terjagalah dan terlindungi segala rahmat duka lara. Bila ibadahku adalah ngopi, maka terurailah segala keluh kesah, dengan penuh cinta tanpa paksaan. Diam dan khusuk adalah jalan sunyi kesucian. Tanpanya aku tak menemukan keberanian. Menari menembus ruang batas adalah suara indah pelangi. Tanpanya nyawa tiada arti. Salerana_mundzir Jember 22 Maret 2022

hujan dan tatap mata qud

Gambar
Salerana_Mundzir Setiap kali hujan datang Kemurnian cinta, akan nampak terlihat saat bertatap dengan pesona senja matamu   Romantisme kata kata terurai deras dalam qalbu Mengalirkan sungai puisi pada setiap lentera nyawa Dada siapa tidak bergetar? Saat bunga mampu melantunkan irama kesunyian. Hati siapa tidak bergemuruh? Saat langit menampakkan pelangi, dengan seputik sari mata cinta kekasih. Telinga siapa tidak berdengung? Bila gendang telah diraba suara kekasih. Bahkan, bila seluruh jalan penuh duri. Namun bagi lentera hati pecinta akan tetap menjadi taman bunga berseri. Wahai intisari, tenanglah dalam diam, Dalam mekar cahaya matahari kekasih. Kembalilah dalam aksara gilamu. Menaburkan puisi di sepanjang kasih yang terpatri. Apa yang kau takutkan dalam jalan penuh derita? Padahal ribuan bahkan miliaran kata sudah kau bangun sebagai rumah, gerbang, serta penjaganya. Salerana_Mundzir Jember 06 February 2022

sepotong mimpi

Gambar
salerana_mundzir Nanti Tuhan marah kepada mereka-mereka yang mempertajam kebenciannya nya Meruncingkan balas dendamnya Dan apalah guna ilmu pengetahuan jika harus menghantam untuk merendahkan. Nanti Tuhan kasih sayangi  Mereka yang tetap mencintai sesamanya Tanpa harus membawa Marwah untuk menjaga kewibawaan nya. Sepotong mimpi anak bangsa  Berlatar anak desa dan orang kaya Ia bermain main tentang cita Dalam tempurung imajinasinya Menembus batas cakrawala Menghantam setiap caci yang merajalela Jantungnya berdetak kencang tentang masa depan Tak ada yang lebih mengerikan dari matinya keinginan dan hastrat anak anak muda Barangkali anak kecil adalah semangat juang tanpa gelar pahlawan Dengan selembar tekat Ia terus mengayun perahu menuju langit Ia menjelma penyair yang menulis puisi Melalui awan yang menurunkan hujan Ia menyampaikan sehelai pesan dan nilai dengan bahasa air Sepotong mimpi anak bangsa Dari dua dimensi yang berbeda Mencabik cabik kebodohan  Tertati...

sepotong surat

Gambar
Salerana_Mundzir Ibu Aku ingin memotong rembulan itu dengan pisau rinduku padamu Biar tubuhku yang rapuh kembali utuh di tengah pekat gerhana bulan yang redup bola asanya Biarpun jiwa kehilangan jalan tualang yang terlarang, Aku tetap ingin memotong sayap bulan untukmu ibu Lantaran di tahun baru, aku tak bisa pulang Sebab hidupku masih dalam taruhan masa depan. Salerana_Mundzir 15 Januari 2022

murka

Gambar
Salerana_Mundzir Celaka... Amarahku melebam Berjingkrak, bersorak ria, membara Mengalir tanpa ujung Tibalah sepotong tatap yang bergairah Mencari muara Merayap Mendekap Sebelum akhirnya terlelap Sumur dalam dada bergairah Tak pantas kau rengkuh apalagi di sentuh Amarah mencumbu menguasai kerajaan jiwa Tumpah ruah busur panah menghujani semesta raga Tak ada ketenangan Semua menjadi keangkuhan Pergilah ke tepian. Walau sekedar tak sengaja datang, Lalu pergi tak usah kenang sebab terlarang Aku sekedar biji bijian  Yang ingin tumbuh dipeluk waktu. Jangan menghampiri Karena di sekelilingku menganyun amukan kerapuhan rasa Salerana Mundzir Jember 15 Januari 2022

api cinta layla

Gambar
Salerana_mundzir Seluruh tubuh jiwaku terbakar cinta Menari disetiap kobaran api yang menyala Aku menari nari diantara bunyi seruling Dalam petikan melodi menyanyikan namamu Aku berpuisi sahdu dari dunia tempat hatimu berada  Seperti majnun ketika ia memutuskan untuk berangkat dan pergi ke negeri Laila Sesungguhnya aku telah mabuk begitu parah dengan anggur senyummu Senja diwajahmu menjadikanku tak berdaya dan terpedaya Belai anginmu menjadikanku semakin gila Hingga hantaman bebatuan dan tikaman pedang tak mampu menghunus kejadabanku. Kekasih.... Engkau mampu menghidupkan kehidupan cinta dan rindu Meski dengan nyeri, luka dan nestapa. Kekasih Aku berada dalam musim kesyahduan Dan tubuhku berada dalam hastrat dan gelora cinta Saat mataku melihat yang lain, aku melihat wajahmu Karena engkau adalah cahaya mataku Bungamu dalam mataku Senjamu dalam bibirku Dan semua tentangmu dihatiku Salerana_mundzir 12 Januari 2022

suara lirih amarah

Gambar
Salerana_mundzir Nona Jika puisi yang aku tulis di awan malam suram Tak bisa mengunggah hastrat jiwamu Tak bisa meledakkan segala rasamu Sebagaimana saat hak suara cintamu di bungkam oleh tangan tangan kertas Atau ketika matamu terhempas bara api yang menyala Maka sakitkan penaku Tekan nadi tintaku Tikam kekecewaan menjadi senapan yang siap meluncurkan hantaman Kita boleh menyumpah serapah bahkan mengutuk ngutuk diri  Membangunkan roh abu Jahal Menghadirkan karakter kesetanan Meranumkan aura aura kebinatangan Sebab melebur menjadi satu adalah kesakitan nyata dari penindasan Salerana_mundzir Jember 05 Januari 2022

Desember masih mencintaimu

Gambar
Salerana_mundzir * Desember masih mencintaimu * Nona ... Bila Desember masih merajamkan duka dan luka Maka cobalah melihat malam satu Januari Di mana kembang api menyala-nyala Dan binar mata berbunga bunga Desember mencintaimu dengan ribuan tetes hujan air mata. Menciptakan samudra di belahan pipimu yang delima. Bila air matamu adalah butiran aksara Biarkan para pecinta memunguti nya Sebagai puisi yang terlantun indah tanpa suara. Sekarang kau benar benar mesra Bagaimana tidak, hujan air mata yang tak mampu kau bendung dan awan pekat yang tak mampu kau halau Menjadi alunan lagu yang mengatup ngatup tak karuan di sepanjang bulan Ia menjelma tikaman dan hantaman Kau boleh menyebut nya sebagai kenangan Serpihannya akan tertata rapi menjadi matahari. Serupa pohon tinggi menjulang, akan semakin kokoh, jika menghiraukan angin, dan merawat akar. Sepanjang perjalanan dan bentangan Rangkum menjadi puisi penuh arti Karena ini adalah surat duka dan cinta Untuk men...

nona... serupa api

Gambar
Salerana_mundzir Nona .... Mencintaimu serupa api yang menyala Aku terbakar sebagai kayu Sebagai kayu yang terbakar dalam ketabahan Debu-debu menjadi puisi dalam percik nyalamu Menjadi aksara yang seringkali tak pernah terdengar oleh telinga Menjadi kata yang tak pernah terbaca oleh mata Menjadi sajak yang tersembunyi dari setiap pelangimu  Aku memandangi nyalamu dengan hujan dan gerimis  Teras rumah yang basah oleh sisa hujan Perasaan ini sehelai cinta yang kesepian, kesakitan  Disayat sayat dalam keterangan  Sepatah dua kata pun terus berguguran Sebagai cinta aku menjelma ketegaran Menuai aspal mengunyah linggis  Dalam kemabukanku  Kutemui Amarah yang tak pernah terlihat keberadaan nya Dalam anggur itu Sehelai pesan berenang renang Dalam tatap remang  Bagi pecinta pahit dan manis sama nikmatnya Nona ... Bagaimana jika kususun saja tumpukan bata duka ini menjadi bangunan gagah perkasa,  Agar setiap pelik dan cekiknya mempunyai tempat ...

pensiunan

Gambar
Salerana_mundzir Bisakah api berganti ranum senyum. sedang diri terbelenggu dlm kamar kedap udara. Sekuat apa berusaha, Alam seakan siap menelannya. Semesta bersedia membantunya Pintu pintu keangkuhan menyergap jiwa Larut dalam nanar luka. Hilang sudah jalan menuju terang Terkurung dalam lautan kebencian. Kulihat sepasang mata berbinar binar ingin menghakimi Dan sepasang tangan yang meronta ingin mengadili Ingin menunjukkan bahwa dirinya seperti kiai Mempasung semua orang dalam kesalahan yang menurutnya sendiri Padahal gemulai tingkahnya adalah bangkai. Torehan luka melayang bersama amarah, Kulihat rembulan masih tersenyum Dan bintang bintang menatapku dengan syahdu Di depan rumah, Bunga bunga masih setia merekah. Di tepi taman, aku bersantai Menyanyikan lagu kegilaan. Tentang kebencian. Ahhay ..... Begitu nistanya seorang pembenci Melebihi babi babi. Hahaha... Suaranya terlantar di pasar Benci bicara tapi orang-orang tidak mendengar mereka mrngunyah mentah mentah sebelum a...