Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2020

Desember di kotaku

Desember di kotaku  Langitnya begitu sendu  Matahari menutup muka  Pada setiap waktu hari harinya Buminya merintih caci maki Baku hantam pada setiap Dimensi  Tak kurasakan hangat cinta kesejahteraan  Dari desa sampai kota Hanya sebatas ujaran kebencian saja  Kaki kaki bermulut durjana Mengikat semesta pada benalu  Katanya kotaku adalah pelangi Indah sahaja namun nyatanya adalah durhaja paripurna Nafas nafas tersentak mempasung angkuh pada emperan jiwa.  Anak anak juga terjangkit penyakit langka Harapan harapan menjadi kenyataan  Berwujud permusuhan Senja pun tak sadar Desemberku omong kosong tahunan Lantaran sabdanya Hanya sebatas keangkuhan kemenangan Desember di kotaku Adalah Serangkaian rasa  Berwujud nista derita Dari gagap gempita kotak suara Selerana_Mundzir 1 des 2020

sukorejo aku rindu

Gambar
Sukorejo aku rindu  bermunajad di surau megahmu. melayangkan semoga  bersama dengan wewangian jubah.  Aku ingin kembali  berpangku di hamparan sajadahmu.  Sambil lalu berkidung rindu pada baginda muhammad saw Sukorejo langkah kaki ini telah terlampau jauh Namun ajal sukmanya adalah tanahmu Yang tak pernah lekang oleh waktu  Sukorejo aku menjerit pada setiap malam tafakkurku Berharap rindu berpangku pada dekapan kiai kiaiku Pada nasi gulung yang setia tertawa bersama saudara Sukorejo peradaban kelam menjadi cahaya penerang  Awalnya sebatas ulat menjadi kepompong Bertapa pada ranting rantingmu Selama bertahun tahun Suara bangkiak Berdansa dengan dzikir dan doa Hujan telaga selalu singgah di emperan jiwa  Padamu Sukorejo rinduku bersinar Mencari cari peluang dalam gagap gempita  Untuk Rindu kita kepadamu Sukorejo 1001 malam aku menghitung setiap bayang cerita etalase asrama Pada setiap hijaiyah alifmu aku hujan Salerana_mundzir 14 no...

innalillahi cerita

Gambar
Bangku itu sedang meratapi sepi Yang ditinggal pergi bersama tawa kopi Penungguannya bersama sunyi Rindunya tinggal tatapan dan harapan Sepasang tawa setiap malam  Kini menjadi mati.  Terganti nafas nafas lain Yang hembusannya adalah duniawi Asbak asbak terpuruk Lantaran putung rokoknya tak sama lagi Malamnya dengan penantian Bersama kenang yang terus melindan Dalam kesepian rindunya berujar Aku telah yatim pada keniscayaan tawamu Yang kau pasung pada kopi di halaman nyamanku Innalillahi cerita  Pada setiap malam penuh gelegar tawa Tak ada lagi aroma melati tawamu Anggun menawan mawar senyummu Semua hanya serangkaian kode kesepian  Yang semesta rencanakan.  Salerana_mundzir 30 nov 2020

pujangga dan rindunya

Pujangga sedang di atas kepincangan Rindunya. Menampung air mata  Dari sudut mata malam Keyakinan akan janji janji perlahan pudar  Mengusik kesehajaan dalam bingkai kasih sayang.  Lesuh jiwa raga Tak berdaya dalam segala tegak Terbentur pada setiap bisik rupa  Ada tanya yang mengangkasa saat melihat jadab mengkidungkan nyanyian bernafas cinta Dengan penuh irama begitu syahdu ketiadaannya Sempurna kekasihnya mendekap dirinya Semesta mendadak tertawa Lantaran tak dapat mencapai maqom maknanya Selerana_mundzir 20 nov 2020

luka menyiksa

Pada serangkaian waktu.  Akan ada luka yang harus terpaksa menyeduh kopi. Dalam episode kembara langkah Akan ada akar yang perlahan lahan melepas cengkramannya Atas gelegar tawa di hadapan asbak dan putung rokok Angin angin membisu pada secarik pekat Yang setiap bayangnya adalah dendam penghianatan Kata kata takkan pernah suntuk dalam membuka mata Pada saat subuh tandang dengan gerak ibadah Menumpahkan segala amarah  Terbias wajah wajah yang pernah menjajah  Lalu pergi dengan tawa sumringah Sepasang mulut malam berbicara Yakinkanlah bahwa daku bukan untuknya Seketika mata langit nanar dengan hujan Salerana_mundzir 25 11 2020

dilamar pelacur

Malam itu menyeduh kopi Di angkringan gelap sunyi Setelah gelak tawa sepasang mulutnya terkatup bungkam Lantaran tangan hinggap dengan nyawa tersengal Di elus elus Hembusan angin mencumbui seluruh tubuhnya Seketika beku Terbakar segala unsur Mendidih gila pada daun daun Sungai merah yang dibalik tirai bungkam Menuai kembara pada setiap sentuhannya Pandangan menjadi legam Pada setiap rangsangan malam Jalan jalan nampak sunyi Terganti desah lirih Di balik angin Salerana mundzir 241120

Di Kucilkan Keadilan

Bising bising seruan Menggelegar petir.  Menguak pintu tangis derita  Pada tanah dan tetumbuhan  Telanjang sempurna ketidakadilan Semesta menjadi redup kala matahari menyensing ke barat  sempurna langkah kaki pincang Sebagian Ladang kerontang  Haruskah bertahan sedang raja selalu berujar nista Aku takut semesta menjadi malam yang panjang Sedang iramanya adalah tangis kesengsaraan Layaknya  saudara yang di petak petakkan Yang senja di anak emaskan Yang fajar di tenggelamkan sempurna tanah lahirku sangsai  Wahai bumi hijau putihku  Seorang anak berseru  Dimana ajaran ajaran leluhur Sampahkah padi padi ladangmu Hutan ajaran panjangmu Pasir putih amanat niatmu  Sefanatik itukah rembulan yang bertengger di atap rumah Se selektif beginikah bintang dalam kilauan sinar kesejahteraan.  Wahai bumi rembulanku Aku diam aku dikucilkan Aku menagis kau tuduh aku pesimis Aku bergerak kau tuduh aku tak ada ahlaq Aku berseru kau bentak aku dengan gan...

untukmu humairoh

Humairoh…Kau tau hobiku adalah menulis  Suka pada kensunyian.Sebelum aku jatuh cinta padamu Aku lebih dulu jatuh cinta pada keheningan  Sebelum langkah ini jauh .Aku ingin menyatakan sesuatu untukmu Sudihkah kelak jika satu atap.Aku jarang melabuhkan waktuku untukmu Lantaran aku selalu sibuk dengan pencarian kata untuk puisiku Jika tak sudih tak apa,kita sudahi langkah disini saja. Jika kau mau mari lanjutkan langkah Tapi humairoh..Aku tak tega melihatmu nanti hanya bersenda pada dinginku  Tanpa ku peluk kau dengan tawaku Maafkan aku yang terlalu jahat untuk diriku dan dirimu Kau tau humairoh ..Waktuku hanya untuk menyelam pada sunyi lalu menulis puisi Kau tau aku, bahwa kerjaku tak mengenal waktu Jika memiliki istri aku takut sering menelantarkanmu dan anak anak kita kelak Sebab aku akan sering mencurahkan hati dan pikiran untuk pekerjaanku Humairoh…Aku lebih suka menahan naluri manusiaku Dari pada harus menyakitimu kelak. Bahkan untuk mengurus diriku sendiri aku kadang ...

surat kepada saudaraku

Apakah hidupmu akan kau jadikan seperti besi karat.  Yang terracun oleh sabda sabda dusta kebencian hingga merugi sendiri.  Apakah hidupmu akan kau jadikan malam yang menyedihkan tanpa setitik cahaya penerang.  Yang tadinya terang dengan bias tawa yang menggelegar.  Lalu menjadi suram dengan dendam di masa lampau?  Alamak ... sehina itukah ibu dan bapak mengajarkan kehidupan? Oh kakakku.  Apakah aku dan anakmu akan kau warisi harapan yang menjelma penderitaan. ? Ingatlah yang benar benar mati  Adalah dia yang Ingin menang sendiri. Maka hapuslah mendung di hari kemarin.  Itu saja kakak permintaan aku sebagai adikmu.  Anakmu dan aku adikmu hanya meminta kesejukan, keramahan serta hormonisnya keluarga.  Laksana keluarga baginda muhammad saw.  Hidupilah kami sebagaimana sayyidina adam menghidupi siti hawa dengan kesadaran Didik aku dengan kebenaran bukan kebencian Salerana mundzir 18 okt 2020

Kerinduan kepada baginda

namamu semerbak bunga di halaman rasa Menari nari pada laman cinta Muhammad Semua pujangga sedang melantunkan kidung kerinduan  Atas peringatan hari lahirmu Memperingati Hari lahirmu adalah musim yang paling di nanti Kepada kerinduan yang panjang Setiap kali melayari malam  Tak henti henti aku memanggil namamu di balik sunyi Pada setiap samudra yang ku arungi Aku terkurung pada pusaran kerinduan Hujan tak mampu menghapus air mataku Muhammad  Begitu menggema suara tangis rindu  Menyeruak pintu pintu qolbu Di desa,di kota,bahkan di seluruh dunia Muhammad  Doa dan kidung solawat adalah kata lain dari rindu aku bersimpuh melantunkan syair senja padamu baginda lantas hatiku menjerit,mengerang kelak sudihlah engkau mengakuiku sebagai ummatmu di hadapan tuhan  baginda kelak jika aku kesasar ke neraka  Ku mohon kau tarik ke surga Kelak jika aku kebingungan mencarimu di masyar Sudihlah engkau menghampiriku baginda Menyiram gersang tubuhku dengan syafaatmu Gaung...

Pertapa luka

Gambar
  Jika hidupmu adalah derita yang menuai luka Jika hidupmu adalah nestapa yang terus meronta ronta Jika hidupmu adalah sakit yang menjerit histeris Jika hidupmu adalah bahagia dengan pelangi yang merekah lalu hari harimu menjelma keangkuhan terbakar nan hangus dan sari sarinya menjadi harimau yang menikam,mengincarmu menjadi pedang,tombak,yang menghunus kepercayaan cintamu maka menjeritlah,menjeritlah engkau separah lukamu, sebengis nestapamu,seperih sakitmu sekeras suara tawa membahana yang mengetuk pintu pintu tuhan maka datanglah kepadaku bagaimana menyulap besi tua karat menjadi permata,menjadi mutiara permata menjadi langkah mutiara menjadi asa untuk menyalakan cahaya cintamu yang lama padam akulah pertapa luka,19 tahun bersemedi di sumur sengsara yang airnya adalah air mata 19 tahun hidup tanpa kasih sayang 19 tahun hidup tanpa orang tua Sempurna hidup pertapa menjadi yatim piatu Menyulam nasib mematikan Ber ibu ratapan ber bapak pada deras hujan memilukan Saat as...

Kiai as'ad pahlawanku. Aku bangga menjadi santrimu

 Karya salerana_mundzir Seperti matahari yang berotasi tingkahmu Mencumbui segalanya tak terpetak meskipun durjana Pasrah kau meredam lautan gelisah Bahkan nyawa kau hidangkan  Pada belanda, pada jepang Begitu pelangi perjuanganmu Dalam mengibarkan bendera kemerdekaan Tak henti henti engkau mencucuri keringat pada bajumu Berwasiat pada jubah putih yang bertafakkur di surau Tentang hakikat perjuangan Dalam washasililah para kekasih ilahi Bajingan, bandit kau rengkuh Di ayomi, di layani, di ajari di sadarkan Lalu dengan karomahmu bajingan itu menjadi pejuang Yang tak lagi terulang arak  Memberikan baju hitam sepatu hitam serba hitam Berperang, menghantam tembak bom meriam Menggerang alunan nyali sayyidina umar pada polopormu Kiai as'ad berkaromah menunggangi kuda putih Berjuba hitam menerobos para bedebah tak kasat mata  Menciut, berkelindang membasmi  Saat berperang Tanpa senjata  Engkau memberi kacang hijau Dilemparkan menjadi tentara Seorang berteriak lant...