luka menyiksa

Pada serangkaian waktu. 
Akan ada luka yang harus terpaksa menyeduh kopi.
Dalam episode kembara langkah
Akan ada akar yang perlahan lahan melepas cengkramannya
Atas gelegar tawa di hadapan asbak dan putung rokok
Angin angin membisu pada secarik pekat
Yang setiap bayangnya adalah dendam penghianatan
Kata kata takkan pernah suntuk dalam membuka mata
Pada saat subuh tandang dengan gerak ibadah
Menumpahkan segala amarah 
Terbias wajah wajah yang pernah menjajah 
Lalu pergi dengan tawa sumringah
Sepasang mulut malam berbicara
Yakinkanlah bahwa daku bukan untuknya
Seketika mata langit nanar dengan hujan
Salerana_mundzir 25 11 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyongsong Kehidupan di Situbondo

kampungku pesisir mimbo

Cinta bersemi dalam penjagaanmu