Di Kucilkan Keadilan

Bising bising seruan
Menggelegar petir. 
Menguak pintu tangis derita 
Pada tanah dan tetumbuhan 
Telanjang sempurna ketidakadilan
Semesta menjadi redup kala matahari menyensing ke barat 
sempurna langkah kaki pincang
Sebagian Ladang kerontang 
Haruskah bertahan sedang raja selalu berujar nista
Aku takut semesta menjadi malam yang panjang
Sedang iramanya adalah tangis kesengsaraan
Layaknya  saudara yang di petak petakkan
Yang senja di anak emaskan
Yang fajar di tenggelamkan
sempurna tanah lahirku sangsai 
Wahai bumi hijau putihku 
Seorang anak berseru 
Dimana ajaran ajaran leluhur
Sampahkah padi padi ladangmu
Hutan ajaran panjangmu
Pasir putih amanat niatmu 
Sefanatik itukah rembulan yang bertengger di atap rumah
Se selektif beginikah bintang dalam kilauan sinar kesejahteraan. 
Wahai bumi rembulanku
Aku diam aku dikucilkan
Aku menagis kau tuduh aku pesimis
Aku bergerak kau tuduh aku tak ada ahlaq
Aku berseru kau bentak aku dengan ganas
Hidup dalam ketidak adilan
Adalah badai dalam  sagala dimensi nafas
Seruan lara tak terhiraukan
Termangu-mangu dalam tatapan nanar
Bersugai mata
Menyaksikan asa para durjana 
yang berkuasa dalam keangkuhan
Harapan  menjadi tali bunuh diri 
Senyumnya begitu sumringah 
Dengan sajian anggur penindasan 
Pada sekolompok amanat tuhan 

Salerana_mundzir 19 november 2020




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyongsong Kehidupan di Situbondo

kampungku pesisir mimbo

Cinta bersemi dalam penjagaanmu