Postingan

puisi yang tertulis

Gambar
Salerana_mundzir Keangkuhan adalah api yang menyala. Kesombongan seperti kayu yang rela di setubuhi. Menyatu,  Menjadi jadi, seperti raja yang bertahta atas segalanya. Sebelum akhirnya lebur menjadi abu. Abu beterbangan, jatuh di injak. Tak ada harga untuk memperlihatkan martabatnya. Dalam ruang bertumpuk kertas kertas Berisikan siasat penderitaan. Penuh aturan, tak pernah payah dalam menjajah. Hidup pada masa sekarang memanglah susah. Bicara, suara bukan lagi sebuah kebebasan Penderitaan meraja Luka luka menganga Sungguh naif nasib menjadi manusia Lara menjadi pekerjaan tetap Digaji tangis air mata Makannya dengan ratapan dan sumpah serapah Sepasang hati tak pernah meminta, hanya ingin di mengerti Hari hari adalah api yang menerbangkan debu debu tangis Ditikam duri dan senapan kekerasan bertubi tubi Dihantam dan di bantai Dalam puisi yang tertulis Mengalir sungai kesedihan akibat keangkuhan dan kebejatan Tak ada penampungan yang menerima ratapan Semua harus terelakkan ...

dalam hahaha hihihi

Gambar
Aku mendapat tugas dari rindu Untuk menulis tentangmu  Seperti bunga ibu yang mekar Aromanya menyuluruh ke segala ruang Segera aku ambil bulpen namun tak ku temu kertas kosong. Lalu ku seruput kopi, menyeduh puisi di atas cahaya. Jemariku lihai menari. Tak lama, seketika ayat ayat jatuh dari reranting. Menyemai hikayat, tentangmu yang begitu pelangi di mata cinta ku Pagi pagi sekali, aku beranjak melanjutkan sulaman dengan fajar yang sedikit malu malu. Aku tersenyum, saat matahari membaca puisiku. Rerumputan yang tidak bisa menerka dan membalas. Dalam hahaha aku bahagia bisa meranumkan bunga puisi Dalam hihihi aku bersedih, lantaran aku tak bisa membaca puisi di hadapanmu Pada hari hari selanjutnya, aku semakin susah tidur. Karena rindumu yang tak mau terlalap dan ingin terus terjaga. Cukup menyiksa tapi tidak kurasakan derita. Sebab rindu dan kamu adalah sepasang  kenyamanan. Yang diam diam aku menolaknya. Salerana_mundzir Sumberanyar 01, Agustus, 2021

memar kerinduan

Gambar
Salerana_mundzir Sesekali aku ingin merasakan keabadian dendam rindu Dalam infrastruktur perjalanan. Menuai banyak peristiwa yang tak terduga. Bagaimana ia bekerja dengan siasat yang paripurna. Teringat jelas, di waktu itu. Aku menggengam tanganmu, Dan engkau menoleh padaku seraya tersenyum. Ku peluk dirimu, terasa detak jantungmu. Menggema dalam jiwaku. Menaburkan hujan hujan puisi, setiap rintiknya terdengar syahdu. Angin bertiup membelai pelangimu. Aku tersipu,  Engkaulah wajah yang kurindukan pelanginya. Hari hariku berdebu  Ronaku layu. Memar riak jantungku berdegup kencang dalam suara namamu. Ruang batin riuh  Reranting mengirim daun daunnya  Mengumandangkan dzikir, rerumputan melambai Mengabarkan ia masih mencium wangimu Bila pagi datang embun embun berhamburan sampai di atas bukit dan menara rasa Petang pun tandang dengan sebilah cahaya wajahmu  Menyongsong pilu. Bening dan hening menggugurkan malam Melukis aksara kembang kembang Sepasang mat...

sebagai mana puisi

Gambar
Salerana_mundzir Senja yang kau kenakan sebagai pengikat rindu.  Telah memanggilku dengan syair syair syahdu.  Mengajakku merapal segala semoga.  Sebelum petang tiba, Ia memberikan setubuh puisi dan sekuntum bunga.  Untuk aksara rasa yang kita bangun sebagai istana. padamu tempat pagi mengecup embun. dengan petang yang begitu ranum dengan puisi. Biarkan kenangan yang mengajak kita untuk tetap lebih lama singgah meski dengan segelintir aksara. Semoga tetap terjaga janji dan rasa. Sebagaimana puisi yang kita tulis dengan nurani. Salerana_mundzir 03 Juni 2021

sungkem jiwa pada raga

Gambar
Salerana_mundzir Hari ini adalah matahari yang memancar di bola matamu. Mengecup manis derita pada setiap langkah pagi mu. Menggelora panas asa siangmu. Demi keindahan senja, kau harus ikhlas menapaki jalan hidup berduri  Aku semakin tak mengerti dengan salah dan benar, perihal nafas yang terengah-engah. Begitu banyak sari sari yang ingin aku tuang dalam gelas. Tentangmu yang begitu cemas, emas Perjalanan ditempuh sendiri Kini, 20 tahun usiamu,  20 tahun engkau tersesat di jalan kehidupan Menelan banyak pahit penderitaan. Mengunyah asin air keringat perjuangan. Meneguk manis segala kenikmatan. Catatan panjang tertuang rapi dalam aksara puisi. Tentangmu yang begitu terpatri dalam tempurung mutiara kekasih. Menjadi kertas kusam dan lusuh dengan noktah tinta perjalanan. Kekasihmu, memintamu bercerita perjalanan 20 tahun yang karang. Tentang episode cinta dan segala keangkuhan. Dalam puisimu yang tertulis, permata menghambur tak pernah libur. Yang setiap sehelai daun k...

pagi dan kuncup rindu pujangga

Gambar
Salerana_mundzir Dan fajar itu, membersihkan sekujur tubuhnya dengan wudhu'. Mengecup subuh dengan embun dzikir. Di paruh ranting pohon seluruh binar mata menyala. Meraup segala asa. Dan sepagi ini, kuncup kuncup bunga rindu pujangga bermekaran. Sepotong doa,  berjatuhan menampinya dengan dedaunan yang berdansa mesra bersama angin kesejukan. Ombak di laut bergemuruh menuju tepian pantai. Matahari di langit menyinsing menuju peraduan Tanah bersuara mengemas sampah sampah Hujan berkidung merdu kicau burung. Di hatiku masih perihal mu kekasih, yang tak lekang oleh batas ruang dan waktu. Dan setelah pagi esok hari, dalam beberapa dimensi. Aku ingin duduk dan berdiri, pada setiap nafasmu. Menimang segalamu. Mengemas janji di tempat suci. Aku berkalung melati. Engkau bergaun putih. Dan selamanya kita merasakan Minggu dengan kekal dan abadi. Selamat pagi dik. Masih setia ku asuh rindu sepagi ini, dan bukalah jendela kamarmu, ada rinduku yang mengetuk, Yang setiap nafasnya meny...

bunga nyanyian

Gambar
Salerana_mundzir Bunga keangkuhanmu semakin mekar Menyemerbak aroma bangkai bangkai Semakin hari meningkat parah  Kelopaknya menyimpan memar nestapa Putik ranum dengan sesal tiada terkira. Menyuramkan jalan jalan  Atas nama kehormatan, saling angkuh bukan sebuah jalan. Melainkan Angkara bagi setiap hubungan. Terhempas, terjungkir menyisahkan Malapetaka. Bunga itu akan semakin mekar dan indah Bagi jiwa jiwa yang durja. Memikat setiap keangkuhan agar terus bersaing dalam kegelapan. Di akhir hulu nanti. Syair syair akan menjadi raja. Menjadi senjata bagi setiap jiwa  Setiap harinya akan terurai tangis air mata Sebagai kesedihan. Kegilaan dan kesengsaraan akan setia mengikuti. Setelah kesadaran mengetuk pintu keniscayaan. Di setiap malam nanti Pujian pujian akan melayang merenggut kesyunyian. Nyanyian jiwa. Menelisik setiap kesendirian Menuntun menuju cahaya pengharapan. Dan jiwa jiwa durja akan membatu di setiap nafasnya, menyanyikan ratapan ratapan penyesalan. S...

potensi masyarakat pesisir mimbo dalam memanfaatkan sumber daya laut.

Gambar
Salerana_mundzir Dusun mimbo desa Sumberanyar, kecamatan Banyuputih. identik dengan julukan pesisir. Hal ini mungkin sudah tidak asing lagi, mengapa di juluki pesisir. Karena wilayahnya yang sangat dekat dengan laut.  Sumber daya laut merupakan sumber daya yang meliputi, ruang lingkup yang luas, yang mencakup kehidupan laut. mulai dari muara pantai yang dangkal, sampai terbentang ke perairan yang luas dan dalam. Masyarakat pesisir mimbo memanfaatkan potensi tersebut dengan sangat baik, menurut saya. Mengapa demikian? Pemanfaatan sumber daya laut sebagai sumber makanan. Setiap petang masyarakat berbondong-bondong pergi melaut menangkap ikan ikan dengan cara yang sangat elegan, dan tidak merusak ekosistemnya. Sehingga ekosistem laut tetap terjaga. Dan pulang ketika fajar sudah menampakkan wajahnya. Tak berhenti sampai menangkap ikan saja, masyarakat pesisir mimbo juga memanfaatkan hasil tangkapan ikan. Selain untuk dimakan sendiri, juga di jual sebagai tambahan penghasila...

terapi jiwa

Gambar
Salerana_mundzir Sudah terlalu banyak metode terapi jiwa. untuk mencapai identitas sebagai manusia yang ber-integritas dan ber-intelektual. beragam terapi pada jiwa telah di lakukan. Tersadar dari beberapa kalimat yang tertuang dalam buku dan sentuhan semesta. Bahwa salah satu makna hidup adalah berlalu. Dan demi menjaga esensial dan karakter hidup pada sekitar. Kita harus tetap mengiplementasikan ( menerapkan dan tidak melepas ) etika/akhlak. Sebab hal demikian itulah siasat yang paling sempurna dalam menempuh perjalanan bernama kehidupan. Berhenti sejenak tanpa bernafas. Menutup mata tanpa terpejam. Rasakan cumbuan semesta pada setiap detak jantung dan hiruk pikuk pikiran. Temukan kesimpulannya pada nafas yang terhempas. Bahwa putus asa bukanlah solusi terbaik, melainkan pintu dari penderitaan. Dan lelah adalah bisikan yang harus kita acuhkan. Bukankah mimpi dan cita cita kita besar?  Bertahanlah, bersemangat lah. Salerana_mundzir Sumberanyar 17, Juli, 2021

ingin membuat cermin kehidupan

Gambar
Salerana_mundzir Aku ingin membuat cermin kehidupan Dari bangkai bangkai nasib penderitan dan, keangkuhan. Agar semua orang, dapat menjaga perasaan. Dan tak terjerumus dalam jurang kedengkian. Namun lagi lagi harus pecah tertikam ketidak sadaran jiwa Serpihan nya melukai, darah membuncah tak kasat mata. Mengalirkan sungai dendam, dan kemunafikan Merenggut banyak kebahagian. Aku ingin tertawa dengan tangis air mata Menyeruak keheningan dengan sabda Angkara murka Kekufuran bergairah dari setiap prasangka Engkaulah kehancuran yang tamaram Meredupkan cahaya kebaikan Menutup matahari jiwa kedamaian Perkataan apapun jika maknanya adalah hina, benci, dan syirik. Tetaplah penyakit. Sadarlah setiap jiwa yang durja Bangkitkan cinta beserta bunga bunga  Niscaya semesta mu akan lebih berwarna indah Salerana_mundzir Sumberanyar, 16, Juli, 2021

di sepanjang jalan

Gambar
Salerana_mundzir Mencari puing puing puisi luka. Tak semudah berkedip mata. Tak jua kau temui di tempurung otak saja. Kau harus mengembara  Lantaran lara tak bisa di prediksi dengan mata. Lihatlah perempuan lusuh  Yang berdiri di dekat lampu merah Atau wanita tua di Kolong jembatan sana Memikul derita di sepanjang jalan. Betapa berkobar api semangatnya Menyulam kehidupan dengan tertatih tatih Mungkin pakaiannya sudah membuatmu tak enak rasa Tapi cobalah berbicara dengan rasa Sebagai manusia dia sudah menempuh pendidikan yang sedemikian ujiannya Dengan letih yang mendekap segalanya Hujan dan banjir mengairi tubuhnya Di tengah malam ia asyik dengan ratapannya Adakah yang mampu menyaingi pada sebilah kesusahannya? Di depan toko tidur nyenyak menggelandang Dialah setubuh puisi Yang ranum dengan bunga bunga melati Mengais ilmu di sepanjang jalan mati dan berseri Beraroma kasturi Cobalah lihat Adakah tatapannya yang berbohong? Atau mulutnya yang berkhianat? Wanita kecil ...