memar kerinduan
Salerana_mundzir
Sesekali aku ingin merasakan keabadian dendam rindu
Dalam infrastruktur perjalanan.
Menuai banyak peristiwa yang tak terduga.
Bagaimana ia bekerja dengan siasat yang paripurna.
Teringat jelas, di waktu itu.
Aku menggengam tanganmu,
Dan engkau menoleh padaku seraya tersenyum.
Ku peluk dirimu, terasa detak jantungmu.
Menggema dalam jiwaku.
Menaburkan hujan hujan puisi, setiap rintiknya terdengar syahdu.
Angin bertiup membelai pelangimu.
Aku tersipu,
Engkaulah wajah yang kurindukan pelanginya.
Hari hariku berdebu
Ronaku layu.
Memar riak jantungku berdegup kencang dalam suara namamu.
Ruang batin riuh
Reranting mengirim daun daunnya
Mengumandangkan dzikir, rerumputan melambai
Mengabarkan ia masih mencium wangimu
Bila pagi datang embun embun berhamburan sampai di atas bukit dan menara rasa
Petang pun tandang dengan sebilah cahaya wajahmu
Menyongsong pilu.
Bening dan hening menggugurkan malam
Melukis aksara kembang kembang
Sepasang mata bersila di hadapan sang bulan
Menguntai namamu yang tak sirna
Pada fajar yang gemilang
Tiada yang bisa mendiamkan keriuhan sepanjang perjalanan.
Salerana_mumdzir Asembagus, 30 Juli 2021
Komentar
Posting Komentar