di sepanjang jalan

Salerana_mundzir



Mencari puing puing puisi luka.
Tak semudah berkedip mata.
Tak jua kau temui di tempurung otak saja.
Kau harus mengembara 
Lantaran lara tak bisa di prediksi dengan mata.
Lihatlah perempuan lusuh 
Yang berdiri di dekat lampu merah
Atau wanita tua di Kolong jembatan sana
Memikul derita di sepanjang jalan.
Betapa berkobar api semangatnya
Menyulam kehidupan dengan tertatih tatih
Mungkin pakaiannya sudah membuatmu tak enak rasa
Tapi cobalah berbicara dengan rasa
Sebagai manusia dia sudah menempuh pendidikan yang sedemikian ujiannya
Dengan letih yang mendekap segalanya
Hujan dan banjir mengairi tubuhnya
Di tengah malam ia asyik dengan ratapannya
Adakah yang mampu menyaingi pada sebilah kesusahannya?
Di depan toko tidur nyenyak menggelandang
Dialah setubuh puisi
Yang ranum dengan bunga bunga melati
Mengais ilmu di sepanjang jalan mati dan berseri
Beraroma kasturi
Cobalah lihat
Adakah tatapannya yang berbohong?
Atau mulutnya yang berkhianat?
Wanita kecil di tikungan masa
Perempuan berkulit keriput di sepanjang pinggir jalan
Menjalani hidup dengan penuh rona 
Puasa setiap harinya 
Jalan ini jalan kehidupan
Menakar jejak di persimpangan masa.
Memikul derita dan duka lara
Aduhai perempuan yang berdiri di dekat lampu merah
Aduhai wanita tua di Kolong jembatan sana
Menyulam nasib kehidupannya
Di sepanjang jalan dan emperan toko ia tidur menggelandang 
Berkasur kesabaran berbantal kegigihan.

Salerana_mundzir Asembagus 25 Juni 2021




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyongsong Kehidupan di Situbondo

kampungku pesisir mimbo

Cinta bersemi dalam penjagaanmu