puisi yang tertulis


Salerana_mundzir


Keangkuhan adalah api yang menyala.
Kesombongan seperti kayu yang rela di setubuhi.
Menyatu, 
Menjadi jadi, seperti raja yang bertahta atas segalanya.
Sebelum akhirnya lebur menjadi abu.
Abu beterbangan, jatuh di injak.
Tak ada harga untuk memperlihatkan martabatnya.
Dalam ruang bertumpuk kertas kertas
Berisikan siasat penderitaan.
Penuh aturan, tak pernah payah dalam menjajah.
Hidup pada masa sekarang memanglah susah.
Bicara, suara bukan lagi sebuah kebebasan
Penderitaan meraja
Luka luka menganga
Sungguh naif nasib menjadi manusia
Lara menjadi pekerjaan tetap
Digaji tangis air mata
Makannya dengan ratapan dan sumpah serapah
Sepasang hati tak pernah meminta, hanya ingin di mengerti
Hari hari adalah api yang menerbangkan debu debu tangis
Ditikam duri dan senapan kekerasan bertubi tubi
Dihantam dan di bantai
Dalam puisi yang tertulis
Mengalir sungai kesedihan akibat keangkuhan dan kebejatan
Tak ada penampungan yang menerima ratapan
Semua harus terelakkan dan terbuang
Pada setiap luka, lara, dan derita.
Tersematkan doa doa dan detak jantung dendam dalam panjang perjalanan.

Salerana_mundzir Sumberanyar 28, Agustus, 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyongsong Kehidupan di Situbondo

kampungku pesisir mimbo

Cinta bersemi dalam penjagaanmu