sungkem jiwa pada raga

Salerana_mundzir


Hari ini adalah matahari yang memancar di bola matamu.
Mengecup manis derita pada setiap langkah pagi mu.
Menggelora panas asa siangmu.
Demi keindahan senja, kau harus ikhlas menapaki jalan hidup berduri 
Aku semakin tak mengerti dengan salah dan benar, perihal nafas yang terengah-engah.
Begitu banyak sari sari yang ingin aku tuang dalam gelas.
Tentangmu yang begitu cemas, emas
Perjalanan ditempuh sendiri
Kini, 20 tahun usiamu, 
20 tahun engkau tersesat di jalan kehidupan
Menelan banyak pahit penderitaan.
Mengunyah asin air keringat perjuangan.
Meneguk manis segala kenikmatan.
Catatan panjang tertuang rapi dalam aksara puisi.
Tentangmu yang begitu terpatri dalam tempurung mutiara kekasih.
Menjadi kertas kusam dan lusuh dengan noktah tinta perjalanan.
Kekasihmu, memintamu bercerita perjalanan 20 tahun yang karang.
Tentang episode cinta dan segala keangkuhan.
Dalam puisimu yang tertulis, permata menghambur tak pernah libur.
Yang setiap sehelai daun keheningan, bersyair syahdu mutiara hidup perjuangan.
Di atas menara sungkem jiwa pada raga.
Catatan syair si pengembara.
Perihal duka, lara, derita dan air mata.
Tersimpuh menjadi raja bahagia 
Pada hari kelahirannya seluruh puisinya menari.
Kusam wajahmu saat ini
Lusuh badanmu melebihi keindahan pelangi.
Bunga bungamu berseri-seri.
Menyeduh kopi, merangkai puisi.

Salerana_Mundzir Sumberanyar 25, Juli, 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyongsong Kehidupan di Situbondo

kampungku pesisir mimbo

Cinta bersemi dalam penjagaanmu