Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2020

ratapan dari segumpal keringat

Gambar
Pelangi kau begitu indah dengan warna  Seperti negriku tercinta Kopi kau begitu dermawan  Seperti relawan bangsaku yang selalu syahdan Tuan  Bolehlah aku meminta  Hargai tanah yang setia memeras tenaga Dengan padi padi yang sedia menunduk mesra  Bersama cita cita Sudihlah meraup asa kami Para petani desa Dengan mutiara atau permata Agar kami tak pupus harapan Puan Sudihlah menengok di kolong jembatan Bagaimana anak anak tidur menggelandang  Berselimut angin badai Memeluk luka dan ratapan Tuan Bermainlah ke terminal Rumah para penggagas masa depan Yang bertaruh hidup dengan menelan ludah cita Dan menengadah tangan tolongnya tuan  Kami juga ingin seperti mereka yang bertingkai di teras rumah dengan tawa Bercengkrama di mall dengan keluarga  Tolonglah tuan puan Dengan segenap air mata suci Kami memohon dengan rendah bumi diri Salerana_mundzir 29 desember 2020 

percakapan kekasih

Gambar
Kanda Maafkan aku yang terpaksa Meninggalkanmu pada sunyi Dinda  Maafkan kanda yang setia memberimu rindu lusuh Hingga langit ikut mengabarkan seru Terpaksa kanda harus bersenggama berkali kali dengan ratapan Menyuarakan rasa berwujud puisi Berzina di atas kertas Menuai sperma tinta Melebur bersama seru rindu Kala terpasung pada memori yang setia mempelangi Membiarkan rapalan bergelantung di ujung sajadah Menari narikan kidung syahdu  Dalam untaian tasbih Padamu dinda  Segala keluh kesah rindu tertuju Tiada maksud  Dan pula dapat di jelaskan Kecuali dengan wajah menawanmu Kanda Bersabarlah dengan tafakkur rindu Suatu saat akan ada pagi dengan embun yang bercumbu dengan mentari Dan akan ada cakap seindah senja  Dengan senandung pecinta yang menyatu dengan rindunya  Salerana_mundzir 24 desember 2020

ibu bila datang masanya

Gambar
Ibu Bila datang masanya Semua akan layu bersama gulir waktu Hanya senyummu yang tetap merekah padaku  Ibu Bila datang masanya  Semua nampak gersang kerontang Hanya air mata cintamu ibu yang lancar mengalir  Ibu Bila datang masanya  Semua akan terhenti dari poros peredarannya Hanya doamu ibu yang terus berotasi tanpa henti Ibu  Bila datang masanya Musim silih berganti Hanya cinta dan kasihmu ibu yang tetap fasih dan abadi Ibu  Bila datang masanya Semua telah kembali pada hakikatnya Hanya kesetiaanmu ibu yang tetap kokoh padaku anakmu Ibuku Jika semesta bertanya tentangmu padaku Aku menjawab engkaulah selimut tuhan  Dalam dingin kehidupan Padamu ibuku Aku mengaji  Bagaimana tidak merasakan nyeri hati Mengasihi tanpa catat pena pada buku Padamu ibuku  Daku mengaji perjuangan pada setiap sentuhan Ibuku adalah semedi dalam kehidupanku Dari jagoan kecilmu Salerana_mundzir 22 desember 2020

embun bening

Gadis itu Berkerudung malam Di balik awan gingsul dan merah pipi bersemayam Ada gejolak rasa yang meronta  Melihat bening mata bidadarinya Aduhai Daku terpasung akan pahatan tuhan Menjadi keambiguan Pada selaksa selayar kaki perindu Daun daun menari berkidung manja Di balik reranting sepasang mata berkelindan Saat terbaring di hamparan talas Puisi tuhan berujar "Subhanallah cantik sekali" Pada puncak gempa rasa Puisi tuhan tak sadar  Terajam tatapan Terpasung senyuman  Bunga bunga tak mampu meninabokkan  Angin tak mampu menyadarkan Wajahnya yang teduh Memporandakan batu yang asyik dalam tapa Senyum jelitanya melahirkan Aliran puisi pujangga  Malam malam menjadi panjang dengan sajak kekaguman Pecinta berkidung Perindu bertafakkur Khusuk dalam penyampaian harapan Harapan tinggi di ulur panjang benang semoga.  Padamu gadis berkerudung malam Ku haturkan sekuntum mawar Seikat melati  serta segudang kata Bismillah kulamar dirimu dalam puisi Seperti langit ke...

rindu pada sosok tangguh

Gambar
Malam malam merintih geram Dedaunan bertingkah lunglai  Angin pun tak karuan  Kerinduan mendalam pada sosok pejuang Tatapannya adalah kemaslahatan Diamnya adalah tafakkur renungan Geraknya adalah perjuangan Semua hempasan nyawa  Melangitkan kidung kerinduan Padamu sosok kiai suluk penerang ummat Kiai fawaid Engkau selalu hidup dalam nafas  Dan detak nadi ummat  Perjuangan yang kau ajarkan membawa manfaat Dari desa sampai kota  Semua menyeru cinta dan Dalamnya samudra rindu atasmu.  Kiai....  Sudihlah bertamu pada mimpi dan tapa kepompong kepompong juangmu Obati luka kerinduan ini Hilir tangis saat melihat fotomu di ranting pohon Di dinding semesta Berhamburan cinta memanggil wujudmu kiai Semua yakin engkau tak mati Namun energi cinta Ini Meronta ronta ingin bersamamu Meski tanpa sadar engkau telah bersama nyali detak nafas ini Kiai....  Kiai Kiai Kepompong mu telah jadab rindu padamu Sudihah bertamu di ruang mimpi Lantaran puncak ...

Titah yang dikucilkan

Gambar
Sebagian nyawa terpasung derita  Pada bagian bumi sebelah timur kota Padi padi menguning di dikucilkan Pohon pohon rindang di tirikan Tak ada kesejahteraan  Tak ada kemasalahatan 10 tahun terjalani Semua hanya bertumpu pada kesengsaraan Sempurna kotaku durjana Tertinggal pada tetangga sebelah  Pada hari hari lampau Langkah Kursi kosong itu merendahkan diri  Meredam ego Hanya untuk suara kotak yang Buktinya omong kosong Saat itu segala ujar  Pilih saya akan sejahtera Namun nyatanya hanya fiktif belaka Tidak ada bukti nyata Suara janji hanya plastik pembungkus saja Pada setiap nafasnya Ku dengar ia merintih penuh petir  Ah.......  Suara kopi malam menyeru Di sawah Di pantai Di bangku bangku warung Bahkan di seluruh sudut ruang semesta  Rintihan pilu kerap di dengar Namun dalam hati yang dikucilkan Tak ada bibit balas dendam  Kecuali doa dan harapan  Semoga di beri hidayah Secara bersamaan seruan itu bersuara AMIN Salerana_mundz...

rindu tanah si abah

Gambar
Sunyi mendekap jiwaku Dalam segala gagap gempita waktu  Lagi lagi harus perihal rindu Rinduku pada fajar yang selalu istiqomah  Rinduku pada senja yang selalu Berdzikir  Rinduku pada malam yang selalu bergeram takbir Rinduku pada tanah yang selalu bertafakkur  Rinduku pada terompah yang suaranya adalah seruan keimanan Batin selalu meronta ronta  Tak sadarkan raga Perihal amanat cinta pada muara rindu Yang setiap waktu bersenandung  Sukorejo Aku tau kau tak pernah menutup pintu  Perihal kaki yang akan berlabuh Tapi sukorejo aku terajam dalam kewajiban Yang mempasung kaki ini untuk melangkah Pada tanah tapaan  Malam malam pun kembali hujan Bersuara syahdu pada setiap ramai dan sepi Sukorejo tak bisa aku meredam ronta rindu ini Meski setiap saat telah kulayangkan tawassul batin Namun energinya selalu kuat Dunia benar benar restu akan rindu ini Kepada semesta cepatlah pulih Agar aku bisa kembali melihat dan bermanja pada tanah yang berdiri...

kehidupan penyair

Gambar
Tak mudah menjalani kehidupan penyair Dari setiap gagap gempita rasa Ia harus menurunkan hujan kata  Tak bisa bahagia sebelum noktah tinta mencapai maut indahnya Panas harus hujan Hujan harus banjir Seterusnya siklus kehidupannya Rasa menjadi istri abadinya Kata menjadi anaknya  Ritma Rima irama menjadi saudara selamanya Saat menjadi penyair  Jiwanya selalu di cincang ditikam Di anak tirikan bahkan selalu dikucilkan Tapi rasa sakit tidak akan mampu membungkam mulut seorang penyair Meski kau hunus pedang pada dada penyair  Ia akan tetap hidup abadi bersama karyanya  Selalu berlayar pada samudra  Menyelamkan semuanya  Hingga abadi selamanya Penyair adalah pembunuh dingin yang tak kasat mata Namun nilainya adalah kebenaran rasa Tidak ada yang bisa menolaknya Setelah di rajam hujan Penyair harus Terseret banjir Di pasung resah lantaran istri anaknya mempasungnya dengan paksa Salerana_mundzir 03 desember 2020