Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2021

Malam dan senandung rindu

Gambar
Malam dan senandung rindu Karya : salerana_mundzir Senandung kerinduan menggema. Mengetuk nurani dengan syair syair kasih. Jeritan pecinta  Berpendar elok rupa. Lapangan sunyi dan kerontang. Yang nyaris mati pada setiap harinya. Menjadi tempat para penyampaian rindu Bersenandung riang dengan penuh khusuk. Dibawah bias cahaya rembulan Pecah tangis kerinduan. Melukis senyum, di langit langit tertulis harapan. Menyatu rasa dibawah terang cahaya rembulan. Pada malam yang tamaram ini. Pecah tangis itu menjadi jadi. Tentang rindu yang menjadi candu. Malam ini menjadi sungai dengan segala Rahmat. Hingga air mata begitu sungai. Dengan segala ronta kerinduan nya. Musim sunyi itu benar benar melahirkan setubuh puisi indah. Terbingkai dengan doa doa. Dipelukan malam. Semua tersedu oleh kemesraan dan segala dimensi cinta atas maha cinta. Malam ini adalah ibadah rindu berjamaah Dengan segala ketawaduan rasa atas sang kasih tercinta. Di tempat ini, disini ya kekasih Aku bersimpuh den...

tepi jalan

Gambar
Tepi jalan Karya : salerana_mundzir Tepi jalan Tempat cerita berhamburan Pada setiap sesapan kopi Dengan segala bentuk dimensi. Ada berbagai cerita rakyat hingga gibah. Di pinggir jalan Tempat penampungan dengan riuh bising kendaraan. Menanam rokok, tumbuh dengan berbagai bunga dan buah. Ada kebencian, persaingan, hingga perihal sepetak tanah di samping rumah. Di tepi jalan Pada malam yang gurindam Suara suara mandi di samudra malam. Ada yang berkaca kaca bulan Terhanyut rasa dan perasaan. Bunga dan bintang berpendar. Menyaksikan kebisingan di tepi jalan, di pinggir jalan. Sejauh jalan terpampang  Keramaian lahirkan kenyamanan Menjadi aksara menjelma kata hingga rangkum menjadi setubuh puisi. Di pojok jalan. Kesunyian nyaris menemui kematian. Pohon dan lampu lampu bersenggama Dengan seutas senyum dan keangkuhan. Aspal mengkilat oleh pantulan cahaya lampu kota. Setajam mata petarung dan pemanah. Di tengah jalan Melahirkan kata kata akibat mendengar  Dari prasangka. ...

sudah lama tak ada puisi

Gambar
Karya : salerana_mundzir Bintang bintang berpendar di halaman malam dan kenangan. Betapa menyakitkan, mengingat kisah yang usang. berada di langitmu adalah rindu yang sesekali menghantu Mengembara dengan luka melayang layang penuh nestapa. Perihal rindu benar benar ada. Bahkan dalam episode luka dan lara. Mari berbisik dari hati ke nurani. Mengantarkan makna dan kata-kata untuk menjelaskan sebuah rasa. Tentang Simbah darah. Sejenak kita lupakan. Mari rindu rayakan. Dengan sekelebat doa dan harapan. Kita lahir dari rindu yang tak pernah kita rencanakan. Pada waktu itu Sejak matamu bulan, kesunyianku menyala sebening telaga. Dari pelosok desaku. Binar cahayanya menderang. Malamku sendu dan haru Tentang kopi dan kamu Lara bertamu Sudah lama sekali tak ada puisi Rindu sudah mengikis hati setiap hari Sudah lama sekali tak ada puisi Asmara mengendap tanpa permisi Sudahi saja dan pergi Sudah lama tak ada puisi Selama musim perih  Dan kerontangnya hati. Salerana_mundzir Sumbera...

angin agustus

Gambar
Karya : salerana_mundzir Senja sedari tadi berpangku di matamu. Basah kuyup dengan hujan air mata. Entah sudah berapa sore terlampaui. Dan berapa lama seduh sedan telah terjadi. Diantara kebengkakan matamu. Rindu itu tak pernah tabu. Hujan di matamu. Seperti angin Agustus yang berhembus Menakrar langkah cinta pada Fitri. Menakar jejak jejak luka Di musim hujan lalu. Tentang semu itu. Telah terlanjur kau arungi. Penuh ketimpangan, tertatih tatih perihal bertahan. Luka yang kau terimah. Menjadi sumber pelajaran. Menjadi surat yang tersurat pada semesta Darimu aku yang dulunya pendosa menjadi ahli yang pandai berdo'a Untuk yang kesekian kalinya,  Percayalah, bahwa cinta begitu tulus Bukan karena pelanginya rupa  Melainkan sejatinya sebuah cinta. Dan angin Agustus adalah telaga atas panjangnya dahaga. Salerana_mundzir Asembagus 23 April 2021

keabadian pejalan kaki

Gambar
Karya : salerana_mundzir Pejalan kaki. Langkahmu telah temui ajal Dentang gaungan suara menjadi kenangan. Tak ada lagi derita yang merajam. Tak ada nestapa yang menerjang. Musim dukamu telah usai. Di pematang cakrawala. Namamu terus berkesiur menggema dan abadi. Senja merintih dengan selendang sutra yang pernah kau kenakan. Menjadi selimut pelita atas jiwa jiwa yang durja. Aduhai pejalan kaki. Telah sampai langkah masamu pada keabadian. Selaksa pelangi membingkai diantara rapalan doa doa. Penyihir cantik yang menggodamu. Menangis tersedu dengan melati. Menjadi isyarat pada tuan waktu. Perihal kepergian mu  Menuju keabadian. Salerana_mundzir Baluran 22 April 2021

aku akan tetap tersenyum baik baik saja

Gambar
Karya : Salerana_mundzir Dalam kuburku Rasa dan asaku gigih menggaung Akan aku terima segala angin kesejukan dan segala kedinginan. Meski kau cambuk penuh angkuh Walau kau cabik tanpa henti Aku tak akan tersakiti Aku akan tetap tersenyum dengan baik baik saja. Kekeringan tanah, bukan pertanda derita. Kemarau panjang, bukan simbol putus asa. Kata kata akan makin lancar mengalir. Menyatu, menjadi setubuh puisi. Dengan diksi bunga bunga Aku akan tetap baik baik saja. Maka menarilah denganku. Akan aku suguhi engkau dengan sungguh. Yang di sekelilingnya  Melimpah ruah puisi dan syair syair. Mekar melati dengan aroma Kutukan dan serapah yang sempat terlontar. Akan menjelma doa dan harapan harapan. Ikan ikan akan mengudara menyampaikan ke permukaan. Di pangkuan angin. Semua akan tersampaikan makna makna. Bila tak percaya. menyelamlah. Temukan inti sari dari segala suara durja itu. Dan sadarlah, bahwa harapan yang kau kutuk menjadi keputus asaan. Dan aroma cempaka yang kau tabu...

kesaksian

Gambar
Karya : salerana_mundzir Telah kurasakan kesejukan.  Perihal sungai mengalirkan kesegaran.  Perihal tabu menjadi rindu Rindu menjadi doa Doa melayang mengudara Menyampaikan harapan harapan.  Angin berhembus menuai kenyamanan.  Di kelopak mata hujan Membingkai pelangi.  Tumbuh melati menebar aroma kasturi Padamu kekasih Telah kutemukan telaga hati Perihal resah merenggang nyawa. Kunang kunang menjadi saksi.  Perihal peristiwa ini.  Salerana mundzir sungai rumah umam 02 april 2021

surat ketiga

Gambar
Karya : salerana_mundzir Sementara kita masih saling curi pandang.  Dari fajar sampai senja terbenam Pada setiap pertemuan.  Hati kita sama sama bergetar Merintih puisi dengan lirih Aduhai kekasih.  Seterusnya begini. Aku dengan segala kopi di secangkir rasa.  Pahit namun nikmat tak bisa dibohongi.  Sedang engkau dengan pelangi di balik awan.  Yang terus aku terka penuh kesungguhan.  Sementara kita masih saling menyembunyikan senyum. Engkau dengan tatapan teduh.  Sedang aku dengan alunan rindu musim lalu.  Hingga musim terus berjalan  Tak terasa di siang itu.  Tak lagi kudapati tatapanmu.  Semesta berbisik padaku bahwa engkau sedang sakit.  seduh sedan perahuku.  Dihujani resah beraliran cinta.  Pada kesangsaian ini.  Ku terbangkan layang doa.  Semoga lekas pulih. Dan esok siang kita  Bersua kembali. Agar bunga kembali segar dengan segala pesonanya.  Dan kopi ini dapat melanjutkan ...

surat kedua kepada kekasih

Gambar
Karya : salerana_mundzir Di depanmu kekasih  Aku adalah orang gila yang diam diam sedang bahagia.  Karena kata kata Tak mampu aku ungkap dengan suara.  Aku hanya bisa memberimu puisi  Karena kata adalah segalamu. Aduhai kekasih.  cintaku padamu, adalah baju yang terus aku pakai.  Bagi setiap langkahku Engkaulah rumah bagi rindu rinduku Seandainya rindu rindu terbagun dari ritualnya Maka engkaulah alamat rumah yang akan aku tuju. Sore ini, senja telah tenggelam dan pulang ke pelukannya.  Sedang rindu ini telah menggigil dan berseruling lirih, Di depan pintu waktu.  Di teras rumah, segelas kopi berbisik sunyi.  Menyampaikan puisi.  Aduhai kekasih. Kopi mendidih  Melepuh dan betingkai pangkai dengan rinduku perihalmu.  Menjadi sarang atas segala tentang nyanyian dan ratapan Salerana_mundzir setelah temu 01 april 2021