Postingan

Haul ke-13: Mengenang Kiai Fawaid

Gambar
Haul ke-13 Mengenang Kiai Fawaid, Sang Pejuang Istiqomah Di halaman waktu, angin dan dedaunan berbisik lembut,   Membisikkan nama-Mu, Kiai Fawaid, yang abadi dalam rindu.   Tiga belas tahun telah berlalu,   Cahaya-Mu tetap menyala, membimbing langkah yang resah. Kau adalah lentera di tengah gulita,   Dauh-Mu bagai embun penyejuk jiwa yang dahaga.   Di setiap nafas, di setiap langkah,   Kau ajarkan kami arti ketulusan, kesabaran, dan ikhlas. Kau yang istiqomah, tiada henti membaca Al-Qur’an,   Suara-Mu mengalun, merdu menyentuh relung hati.   Ayat-ayat-Mu adalah pelita berseri Menerangi jalan kami, menunrun kami pada jalan keagungan Ilahi. Kau adalah kesatria sejati, tak kenal lelah berkhidmat,   Mengabdi pada ummat dengan hati yang tulus dan suci.   Di setiap langkah, di setiap pengorbanan,   Kau tunjukkan arti keteguhan, kesetiaan, dan pengabdian. “TERROSSAGHI PERJU...

catatan jiwa pujangga

Dalam perjalanan hidup yang tak terduga, saya tidak pernah menganggap diri saya sebagai penyair. Cita-cita saya bukan melukis kata-kata di atas kanvas puisi, melainkan menjalani hari-hari yang sederhana. Namun, jiwa pujangga ini lahir dan berkembang saat saya mondok di Sukorejo, di antara dinding-dinding yang sakral, di mana setiap waktu terisi dengan tafakkur, dzikir, dan renungan. Di Sukorejo, suasana terhampar penuh makna. Tinggal san menetap dirimbun ilmu dan doa para masyaikh,  dan hidup bersama santri dari berbagai macam latar belakang, saya menemukan inspirasi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Beliau, dengan seruan yang lembut, senantiasa melukis cinta di hati para santri dan umat, menggugah jiwa dengan kata-kata yang puitis, meski terkadang tanpa bait. Setiap kisah dan biografi yang saya baca menjadi petunjuk, memandu langkah saya dalam menyelami lautan kedamaian. Dari para beliau guru guru, saya menyerap kematangan jiwa, memahami hakikat kehidupan yang lebih dalam. ...

Kiai Fawaid sosok ulama yang sabar

Gambar
Salerana Mundzir  sumber gambar dari grup WhatsApp  Kiai Ach Fawaid, dilahirkan sebagai putra Kiai As'ad Syamsul Arifin, seorang ulama terkemuka dan pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syaf'iyah di Sukorejo, Situbondo. Kiai Fawaid tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan nilai-nilai Islam dan pendidikan pesantren, yang membentuk karakter dan pemikirannya mengenai pentingnya keterlibatan ulama dalam politik. Dalam perjalanan hidupnya, Kiai Fawaid dikenal sebagai sosok yang tidak pernah mengejar kepentingan pribadi dalam politik. Alih-alih mengejar jabatan atau materi, beliau mengedepankan visi untuk kemaslahatan umat. Sebagaimana diungkapkan oleh KH Maemoen Zubair, "Orang yang berpolitik tetapi tidak menikmati hasil politik adalah Kiai Ach Fawaid As'ad." Ini mencerminkan prinsip beliau bahwa politik seharusnya dijadikan sarana untuk menyejahterakan masyarakat, bukan untuk keuntungan diri sendiri. Kiai Fawaid aktif dalam partai politik bukan hanya untuk me...

Pintu Rumi

Gambar
Salerana Mundzir  sumber gambar dari pinterest  Jalaluddin Rumi, seorang penyair agung dari Persia, telah mengabadikan namanya dalam sejarah sastra dengan karya-karya puisi yang menyentuh jiwa. Kekaguman saya terhadap Rumi tidak hanya terletak pada keindahan kata-katanya, tetapi juga pada kedalaman makna yang terkandung di dalamnya.  Setiap bait puisi yang ditulisnya terlihat seperti jendela yang membuka pandangan baru terhadap kehidupan, cinta, dan spiritualitas. Puisi-puisi Rumi mengajarkan bahwa keindahan sejati dalam puisi muncul dari sebuah perjalanan spiritual. Ia mampu menyadarkanku bahwa menulis puisi yang indah bukan hanya soal merangkai kata, tetapi juga tentang menghubungkan hati dan jiwa dengan makna yang lebih dalam.  Melalui Rumi aku menemukan banyak keberanian untuk mengekspresikan perasaan dan pengalaman hidup melalui kata-kata yang penuh emosi. Rumi seakan berbisik, puisi bukan hanya tentang kata-kata, melainkan wadah untuk menyalurkan pe...

Qosidah Burdah Menuntunku

Gambar
Salerana Mundzir  sumber gambar dari pinterest  Di tengah malam yang hening, ketika bintang-bintang berkelip seperti lampu-lampu harapan, aku duduk merenung dengan sebuah buku di pangkuanku. Halaman-halaman itu bercerita tentang cinta, kerinduan, dan kerinduan yang mendalam pada Sang Nabi. Itulah Burdah, syair agung karya Al-Busiri, yang meresap ke dalam jiwa dan menggetarkan hatiku. Setiap baitnya seperti embun pagi yang menyejukkan, menyentuh relung terdalam dari hatiku yang kadang merasa gersang. Kata-kata yang terangkai dalam Burdah bagaikan aliran sungai yang membawa kedamaian, mengalir lembut menembus diriku, membangkitkan semangat cinta yang telah lama tidur. Dalam setiap syair, aku menemukan puisi yang tak hanya indah, tetapi juga sarat akan makna. Melalui penggambaran kecintaan yang mendalam terhadap Rasulullah, aku belajar bahwa cinta sejati tak mengenal batas. Ini adalah cinta yang tulus, yang dapat menyatukan hati dan jiwa dalam harmoni yang abadi. Keka...

Menyongsong Kehidupan di Situbondo

Salerana Mundzir  Kekasihku, saat kita menatap masa depan, aku mengajakmu untuk memulai bab baru dalam hidup kita di Situbondo. Ini bukan hanya tentang tempat tinggal, tetapi tentang kehidupan yang penuh ketentraman dan kedamaian yang di impikan. Di antara pegunungan yang menyejukkan dan pantai yang memukau, Situbondo menawarkan keteduhan yang tak ternilai. Di sini, kita akan merasakan hangatnya dzikir dan doa yang menghiasi setiap sudut, mengisi jiwa kita dengan ketenangan. Biarkan suara alam dan kehadiran para guru menuntun langkah kita, membimbing kita dalam meniti kehidupan yang lebih bermakna. Kita akan membangun rumah yang bukan hanya tempat tinggal, tetapi adalah sebuah ruang suci dimana kasih sayang dan doa menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Di Situbondo, kita akan hidup dalam harmoni dengan diri sendiri dan dengan sesama, sebagaimana kesederhanaan hidup para santri di pondok-pondok pesantren, merasakan kedekatan dengan Allah, sebagaimana kehidupan p...