pesan itu mengajak ngopi
Salerana_mundzir
Sore yang berkerudung syahdu, membuat sebagian orang yang lelah tertidur pulas di ranjang kelelahannya, setelah melakukan beberapa aktivitas. Tak jarang pula ia terlarut dalam samudra mimpi, seperti mimpiku untuk memiliki mu dik. Heuheu
Malam kian larut dengan kesunyian, beberapa mahluk mungkin sedang asyik dengan beberapa mimpi masa depan, beban, dan rencana rencana apa saja untuk kehidupan kedepannya. Dan tak jarang pula sebagian akan bergegas menunaikan kebutuhan kegabutannya. saya sendiri menyebut nya ibadah ngopi. Heueheue
Suara notifikasi WhatsApp yang cukup keras mengetuk pintu telinga. Ada pesan singkat yang mengandung beberapa praduga.
"Bede dimma" (ada dimana) isi pesan singkat itu.
"Bede e kontrakan"( ada di kontrakan) balas saya secara singkat dan padat, seperti sifatmu dik, ketika kau sedang badmood dan ngambek.
"Maddde ngopi, bule bede e jember" (ayok ngopi, saya ada dijember) lanjutnya dalam bahasa Madura yang khas daerah saya. Bahasa bule Dhika merupakan bahasa Madura yang sering digunakan di daerah saya. Seperti ucapan sayang, ayang yang sering gunakan sepasang kekasih pada umumnya
"Edimma?" (Dimana?) Balas saya tanpa menunggu basa basa. Karena ajakan ngopi, saya tak perlu pertimbangan lagi, bukan tanpa alasan kebutuhan. Melainkan isi dompet masih ada. Ahahahah. Kalau kosong kan gak mungkin meng-iyakan dik.
Panjang lebar seperti alur alasanmu dik, kami menentukan tempat dimana yang baik dan enak untuk ibadah ngopi pas malam hari ini, agar ibadah ngopi malam ini terlaksana dengan khusuk, nyaman dan bahagia serta riang gembira.
Akhirnya kami menemukan tempat setelah banyak pertimbangan. Seperti waktu itu dik, jika kamu tau, ada banyak sekali pertimbangkan ketika ingin mengucapkan perasaan ini untukmu dik. Heueheue
Beberapa menit setelah melawan angin dan hingar bingar bunyi mesin kendaraan yang cukup ramai, seperti pikiran saya yang gaduh dan riuh karena terlalu banyak mikir ini itu.
Tibalah ketempat ngopi yang telah di tentukan.
Senyum yang tak pernah mengandung penolakan, itu terurai bebas memikat setiap mata yang ditakdirkan untuk melihat, ditambah lambaian tangan yang begitu penuh penyambutan dan penerimaan, melambai lambai di udara, Selaksa rimbun pohon yang menari syahdu membawa kerindangan.
Cahaya purnama dan gemerlap bintang bersinar sambil lalu cahayanya di elus elus dedaunan. Pesanan kopi robusta tersaji dengan hangat. Menandakan bahwa suasana ini akan ikut hangat. Dua bungkus rokok saya keluar. Rasanya tidak pas bila ada kopi tak ada rokok, begitulah kata kata perokok.
Dibawah atap yang bersenyumkan cahaya lampu warkop, asap asap rokok Mulai mengudara terbias bercerama dengan suasana malam ini.
Waktu demi waktu suasana malam ini semakin asyik saja dan sahaja. Beberapa celetukan dan tawa mulai terombang ambing. Ada banyak cerita dan tawa yang tak terbendung. Terus bersahutan seperti rindu rindu dan puisi para kekasih.
Karena yang ngopi sama sama alumni pondok, cerita cerita yang disuguhkan begitu sangat khas ala santri. Ah betapa aku merindukan suasana ini ketika di pondok, momen yang langka, yang sangat sulit kita temukan ketika menjadi alumni.
Setelah semua berhenti dari tawanya, terjeda dengan menengok hp masing masing. Batin saya menyeru. " Mengapa secangkir kopi selalu bisa melahirkan cerita cerita jenaka. Dan tak jarang juga melahirkan cerita dan tawa sakral, bahkan sampai pada tingkat gibah, dan diskusi bagaimana membangun rumah tangga. yang tak kalah juga adalah sebuah keyakinan mau dipuja atau dihina ia tidak akan bertambah atau berkurang. Seperti keyakinaku mencintaimu dik." Heuheu
Tak terasa malam sudah matanya terkatup katup, pertanda ini sudah tak lagi malam, melainkan dini hari.
"Jem 12 lebih la." ( Jam 12 lebih sudah) celetuk salah satu orang.
Ah, begitu Hidmat sekali ngopi malam ini, sampai sampai waktu begitu begitu lekas berlalu, seperti janji janji dan omong kosongmu dik. Wkwkwkwk
Tamat....
...
Salerana_Mundzir Jember 19 Mei 2022
Subhanallah,,,, tak kusangka, yg ku ajak ngopi adalah seorang penulis
BalasHapusTeruslah bersyair sampai tintamu kering oleh mentari diujung tanah makam yang sunyi
BalasHapus