Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2021

pensiunan

Gambar
Salerana_mundzir Bisakah api berganti ranum senyum. sedang diri terbelenggu dlm kamar kedap udara. Sekuat apa berusaha, Alam seakan siap menelannya. Semesta bersedia membantunya Pintu pintu keangkuhan menyergap jiwa Larut dalam nanar luka. Hilang sudah jalan menuju terang Terkurung dalam lautan kebencian. Kulihat sepasang mata berbinar binar ingin menghakimi Dan sepasang tangan yang meronta ingin mengadili Ingin menunjukkan bahwa dirinya seperti kiai Mempasung semua orang dalam kesalahan yang menurutnya sendiri Padahal gemulai tingkahnya adalah bangkai. Torehan luka melayang bersama amarah, Kulihat rembulan masih tersenyum Dan bintang bintang menatapku dengan syahdu Di depan rumah, Bunga bunga masih setia merekah. Di tepi taman, aku bersantai Menyanyikan lagu kegilaan. Tentang kebencian. Ahhay ..... Begitu nistanya seorang pembenci Melebihi babi babi. Hahaha... Suaranya terlantar di pasar Benci bicara tapi orang-orang tidak mendengar mereka mrngunyah mentah mentah sebelum a...

kerinduan si pengembara

Gambar
Salerana Mundzir Seperti hujan yang mengecup gersang di kota ini Sebuah resah mendekap rintik rintiknya Mempasung semua langkah. Sudahlah ucapmu, di balik telepon. Mari kita bercakap, sampai anggur kesepian usai. Seperti kalimat yang terus menerus mengalir dari hati Tanpa jeda, tak mau diam. Memperlambat perputaran jam waktu Perihal kerinduan pada rumah di kota seberang. Seberapa sendu kau merasa kesepian? Bukankah itu sebuah pertanyaan? Atau sekedar basa basi perihal kerinduan? Atau bahkan kebencian terhadap waktu? Biarlah hujan di kota perantauan menjadi salam atas rindu yang tak mau terlelapkan. Tak perlu risau. Sebab perjalanan adalah guru rasa, yang tak pernah mengkhianati. Tetaplah bertapa, dengan mantra mantra dan puisi terindah. Sebut saja, jalan ini jalan kerinduan. Menempuh terjal bebatuan, dan lumpur lumpur kesunyian. Jika kakimu berdarah, dan wajahmu kusut. Itu bukan malapetaka. Melainkan bukti nyata bahwa engkau adalah sang pengembara. Yang suatu masa bunga bun...

puisi ini air mata

Gambar
Puisi ini air mata. Tidak ada kata yang terucap selain doa. Tiada tatap kecuali air mata. Air mata ini puisi.  Air mata menyuruhku menerjemahkan haru menjadi puisi.  Puisi menyuruhku berdoa. Mataku berlinang embun embun. Untuk meneguhkan hati yang gemetar. Ketulusan telah melangitkan setangkai bunga. Kesabaran membisik padaku, untuk menyelami lautan makna dan hikmah. Lalu kedua tanganku bersembahyang Dalam puisi airmata berisikan doa doa. Laahawla walaaquwwata illabillah Lahul fatihah Salerana_Mundzir Jember 04 November 2021

sebagai

Gambar
Salerana_Mundzir Sebagai pengendali jejari kata Menyulam aksara menjadi cerita Jutaan rasa mencipta dunia cinta, samudera luka Menulis citra rasa kecamuk sengketa Sebagai pelukis pena luka Merajut serat jiwa dalam warna Kerontang jiwa tergambar suasana Puisi meledak hamburkan pesona rasa Tapi, aku bukan penyair piawai Sekadar, sebatas memulung kata yang terurai Lukisan akan abadi, warnanya tak akan pernah pudar Sebab tintanya adalah darah luka Yang mempuisi dalam diri bajingan Kau sering hinaku keliru  Ketika panas meminta hujan Ketika hujan kesal meminta berhenti Mestinya kau tak harus mengutuk ketulusan menjadi bajingan Ah wanitaku. Akulah gairah yang kau kutuk menjadi keputus asaan. Namamu terlukis durja sebagai kemunafikan. Salerana_mundzir Jember 02 November 2021