sebagai pendosa

Salerana_mundzir


Bila yang aku urai dalam kemasan tinta 
Tak selaras dengan langkah kehidupan.
Bukankah telah ku katakan sebelumnya
Bahwa aku seorang pendosa yang sering di sayang dengan tangan kebencian, di kasih dengan mulut mulut kesyirikan.
Aku tak pernah menjadi hakim atas pembenaran.
Sebagai pendosa
Aku tau cara menerima kebaikan
Seperti pagi, yang selalu menerima cahaya matahari.
Aku terima penderitaan, luka luka, dan bahagia
Dari setiap nafas yang pernah mengenyam lara dan cinta
Jika engkau bertemu dengan hina
Diam diam ia merayu dengan rona mempesona
Sudihlah engkau membelainya
Perlakukan dengan hormat adalah cara yang paling paripurna
Penolakan, bukanlah sebuah jalan keniscayaan
Melainkan sebuah Kehinaan yang kau bangga banggakan.
Bukankah itu yang sebenarnya kehinaan?
Sebagai seorang pendosa, ku rajut anyaman dari mutiara. berkeluh kesah ratapan tangisan.
Hingga menjadi mata air yang bila disentuh menyentuh 
Pohon pohon keangkuhan dan kelalaian.
Di suatu masa aku adalah pendoa atas secakup rasa 
Yang setiap sunyinya mengecup bunga bunga
Aroma keharuman jiwa yang redup kembali mempesona
Meninabobokkan segala luka yang kadang terjaga dan mengaga.
Setelah itu ku ketahui bahwa tak setiap masa adalah kecewa.
Ini semua hanya tentang warna warna
Salerana_mundzir 05 Agustus 2021



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyongsong Kehidupan di Situbondo

kampungku pesisir mimbo

Cinta bersemi dalam penjagaanmu