pada raut ke tujuh puluh enam

Salerana_mundzir




Pada raut wajah ke tujuh puluh enam
Kulayangkan bunga bunga doa
Berharap tanah airku cepat membaik 
Lantaran pandemi yang mencekam
Semua wajah begitu gelisah 
Bahkan semua lebih bergairah menyumpah serapah
Dan kelicikan begitu membabi buta, merebak kemana mana.
Dahan Juli begitu kuning mengering
Daun Agustus berguguran menyanyikan lelagu ratapan
Penderitaan Sepanjang kekangan
Tanah bercucuran air mata menuai gelisah
Perut perut kerontang memanggil anaknya yang tak kunjung pulang
Kalau tujuh belasan hanya sekedar memampangkan merah putih 
SPBU sudah lama berwajah merah putih
Indonesia engkau begitu gagah dan berwibawa
Segala kecamuk masalah kau hadapi dengan tabah
Di raut wajah ke ke tujuh puluh enam tahun
Segalanya datang begitu saja
Engkau tetap tenang menghadapi nya
Tanah kering kerontang kau basahi dengan air mata
Terdengar semangat para masyarakat, merayakan kemerdekaan di tengah gegap gempita permasalahan.
Ada yang menangis di atas harapan
Ada yang khusuk berdoa sesuai keyakinan
Bahkan ada yang menyumpah serapah tak terhentikan 
Segala upaya beragam wujudnya
Di raut wajah ke tujuh puluh enam tahun
Hidup kita kian tak ramah
Hari hari begitu tak biasa
Yang susah tambah melarat
Yang bekerja pun harus bingung dalam berbuat
Sungai darah, nanah dan air mata
Mengalir di sekujur tubuh
Meraup segala nuansa rasa
Terbungkus doa doa
Dalam hening aku berbicara dengan puisi
Bila cangkang terasa hampa dan tak bergairah
Tetaplah semangat empat lima
Sebagaimana Bung Karno dan Bung Hatta serta seluruh pahlawan bergelora pada masa silam dulu
Bersemangatlah atas segala cita cita dan impian
Jangan sampai kecamuk masalah memutuskan asa
Menajaga persatuan adalah tugas paling utama

Salerana_mundzir Banyuwangi 16 Agustus 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyongsong Kehidupan di Situbondo

kampungku pesisir mimbo

Cinta bersemi dalam penjagaanmu