Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2022

ibu debu debu yang menempel di kakimu

Gambar
Salerana_Mundzir Ibu, sebutir debu yang menempel dikakimu adalah bunga bunga surga. Aku bersimpuh mengecup dan mencium wewangian surga darimu. Tak ada yang lebih awal dan akhir yang aku harapkan dan menjadi tujuan. Selain ridho dan doa doamu. Ridhomu adalah azimat ampuh. Doa doamu adalah pusaku atas jiwaku. Tidak ada yang alay saat semua anak anak sedang mengungkapkan cinta padamu. Padamu ini, segalanya berlabuh. ibu ... engkaulah mata angin kesejukan yang memapahku mengenal Alif ba' ta' engkaulah bumi yang setiap tabahnya mengasuh rengek dan tangisku Engkaulah matahari, yang setiap senyum dan ucapanmu Menjadi penerang atas kabut kenakalan dan kesalahanku Engkaulah rembulan, yang menebar cahaya keteduhan saat jiwaku tak bergairah dan sengsara. Padamu ibu, aku ingin bertapa dan berbakti Mengingat, bila engkau sedih karena tingkahku, maka langit akan sunyi. Bila engkau terluka karena kedurhakaanku, maka langit akan bergemuruh dan murka . Oh ibuku, engkaulah kasih saya...

owh Rembulan

Gambar
Salerana_Mundzir Oh Rembulan... Bukankah engkau telah menjumpai kebiadaban, keserakahan dan kesombongan merajalela. Dari tepi ada banyak segerombolan lalat ingin menjadi aparat. Sekarat? Menjadi manusia, lalai dan terlena. Setelah bersalah, bergegas meninggalkan. Dengan dalih tidak enak rasa. Padahal tidak benar begitu adanya. Lalu mengulanginya lagi lagi lagi. Kesalahan yang sama.  Oh Rembulan Barangkali melalui pitutur puisi ini Ia akan mengerti. Bahwa tak semua harus sekarat, untuk menyandang selendang kehormatan. Ada yang pamer besar payudara, di sepanjang senja. Ada yang bernyanyi menyanyikan dirinya sendiri. Ada yang melukis mata dan pipi, supaya diakui. Barangkali lagi, ia tidak menyadari antara ujian dan hukuman. Yang pasti aku berada diantara cinta, rindu, cemburu dan bencinya. Aku berada diantara jujur dan bohongnya Aku berada diantara kesungguhan dan kepura-puraannya Aku berada diantara sesal dan kesadarannya  Hahahahahahahaha aku tertawa. Aku abadi dian...

dahulu aku datang kepadamu

Gambar
Salerana_Mundzir Sukorejo Dahulu, aku datang dengan segala keluguan, ketidaktahuan akan sesuatu, bahkan aku datang dengan segala keegoisan sambil menangis tersedu-sedu. Lantaran aku menolak untuk menetap, dan menjadi bagianmu. Saat ayah dan ibu mengantarkanku kepangkuan sajadah doa doamu. Sukorejo Tanpa sadar langkah demi langkah perjalanan, seiring bertumbuhnya kesadaran dan cinta dalam hati. Aku menemui ketenangan yang Berkidung, dzikir dzikir dan doa doa setiap waktu. Pada setiap fajarmu, aku bersimpuh dalam kebesaran rumah dan sukma. Pada setiap pagimu, aku merasakan keceriaan dari setiap bunyi bangkiak yang melaju ke madrasah madrasah. Pada siang panas semangat, aku melihat wewangian berbondong bondong menuju pengetahuan sambil lalu duduk di serambi keberkahan. Pada setiap petang dan senja, aku melihat sekumpulan wajah yang berseri-seri penuh cahaya, menuju suara panggilan keagungan Sukorejo Bila dahulu aku datang kepadamu sebagai orang baru. Maka hari ini, aku datang ...